Sabtu, 26 Januari 2013

Ibu Kota Pindah, haruskah?

         Jakarta aduhh emang kota yang semeraut, mulai transportasi, tata letak kotanya, kesenjangan sosial, pokonya banyak point point yang gak diurusi secara benar baik itu dari pemerintah ataupun warganya.
Nah... disini saya memberikan artikel apakah ibu kota di pindah kan?



PANDANGAN PARA TOKOH YANG BERPIKIRAN JANGKA PANJANG

Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra mengatakan kerugian akibat banjir mencapai Rp. 1,5 milyar per jam. Wacana lama memindahkan ibukota perlu dikaji kembali. Fadli mengingatkan kembali gagasan Boeng Karno tahun 1957 yang ingin memindahkan ibukota ke Palangka Raya.
Menantu Bung Karno, Taufiq Kiemas, Ketua MPR kurang optimis masalah di Jakarta dapat diatasi jika ditangani dengan konvensional. Banjir hanya salah satu dari daftar panjang persoalan Jakarta di samping kemacetan dan kejahatan. Beban ibukota harus digantikan daerah lain yang memenuhi syarat geografis, geopolitik dan sosioekonomis. Di antaranya Palangkaraya yang ditawarkan Bung Karno.
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Martin Hutabarat realistis melihat dampak banjir di Jakarta. Perubahan iklim yang ekstrem dirasakan seluruh dunia sehingga kita harus waspada. Sebaiknya, pemerintah mengapresiasi usul itu dan membuat analisis untung ruginya bagi kepentingan jangka panjang kalau ibu kota dipindahkan, kata Martin.
Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo menyatakan usulan agar Ibu Kota Jakarta dipindah daerah lain harus dipikirkan secara matang. Menurut Prabowo, para ahli juga harus mengkaji secara khusus tentang daerah yang baik, dimana nantinya tidak menimbulkan masalah yang sama dengan DKI Jakarta saat ini. "Kalau saya berpendapat, harus kita pikirkan pemindahan ibu kota. Para ahli harus cari tempat yang baik," ungkap Prabowo kepada wartawan di Kantor DPP Gerindra, Jalan Ragunan Raya, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2013). Usulan agar Ibu Kota dipindahkan ke daerah lain disebabkan akibat banjir parah yang melanda hampir seluruh kota Jakarta. Bahkan, hampir semua aktifitas warga dan pemerintahan lumpuh total. 
Politisi PDIP, Agun Gunanjar, yang ketua Komisi II Bidang Pemerintahan dan Dalam Negeri DPR akan mendiskusikan usulan tentang perpindahan Ibu Kota ke daerah lain. Selain itu, Komisi II juga akan mengkaji, apakah pusat pemerintahan negara ini juga harus terpisah dengan pusat perdagangan.
"Komisi II akan segera mendiskusikan tentang perlunya ada pemisahan yang tegas antara fungsi Ibu Kota sebagai pusat pemerintahan negara yang terpisah dengan pusat bisnis dan perdagangan," ungkap Agun kepada Okezone, Kamis (17/1/2013).
Mantan Presiden Megawati, putri Boeng Karno yang ketua PDIP, menegaskan sangat setuju bila ibukota dipindahkan dari Jakarta ke wilayah lain. "Saya setuju bila harus dipindah," kata Megawati ditemui di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Di mana wilayah yang paling cocok untuk ibukota baru itu? "Palangkaraya sangat bagus untuk dijadikan ibukota, dan sangat cocok,"jawab Mega. Alasannya letaknya di tengah, bebas bencana dan lahannya luas.
Tapi Megawati menekankan bahwa tidak mudah memang memindahkan ibukota itu. Alasannya karena perlu persiapan yang matang dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Jadi pertanyaannya, lanjut Mega, apakah kita siap atau tidak. Demikian kata Megawati di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
PANDANGAN PARA TOKOH YANG BERPIKIRAN JANGKA PENDEK
Sutiyoso yang gagal mengadakan rapat dengan 17 Parpol yang gagal verifikasi di tengah-tengah banjir mengatakan setuju memindahkan ibukota ke Jonggol sebagaimana yang pernah mengemukaka di zaman Soeharto.
Poltisi Demokrat, Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan "Pusat pemerintahan harus memiliki akses ke Jakarta, bandar udara, dan lainnya. Karena itu, menurut saya, yang paling realistis adalah pantai utara Jakarta," katanya di Jakarta, Jumat (17/1/2013). Meski banyak daerah seperti Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah bersedia memberikan lahan secara gratis, biayanya akan lebih mahal. Namun, bila memang ada kajian bahwa sebaiknya Kalimantan Tengah karena berada di tengah-tengah Indonesia, maka dia juga tidak mempermasalahkannya. Menurut Marzuki, bila pusat pemerintahan memang dipindah ke pantai utara Jakarta, maka hal tersebut bisa dilakukan dengan mereklamasi pantai dan sebagian laut.
Politisi PAN, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menilai penataan wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Tangerang merupakan langkah yang harus dilakukan segera untuk mengatasi banjir di Jakarta, bukan dengan memindahkan ibu kota negara. "Kita jangan latah hanya karena banjir kemudian kita berpikir lagi seperti itu," kata Hatta di Istana Negara, Jakarta, Jumat (18/1/2013). Hatta mengatakan, sudah banyak studi dari akademisi mengenai pemindahan ibu kota ke luar Pulau Jawa. Setidaknya, dia sudah menerima tiga studi. Menurut Hatta, semua pemikiran itu tetap harus ditanggapi positif. Hanya, kata Hatta, pemindahan ibu kota tidak mudah lantaran perlu dipikirkan lokasi, biaya, dan lainnya. Belum lagi perlu dilakukan revisi UU Ibu Kota Negara.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla atau akrab disapa JK menilai wacana pemindahan ibu kota negara sebaiknya tidak menjadi prioritas. Menurut JK, perbaikan infrastruktur secara menyeluruh di Jakarta dan kota sekitarnya yang menjadi prioritas. "Solusinya bukan pindah ibu kota, tapi perbaiki infrastruktur di Jakarta," kata JK seusai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (18/1/2013). JK mengatakan, tentu sulit untuk memindahkan ibu kota. Selain mencari daerah yang cocok, menurut JK, tidak mudah memindahkan sumber daya manusia yang telah bekerja di instansi pemerintah pusat.
"Pindah kantor gampang, pindah orangnya gimana? Kalau pegawai pusat di Jakarta, katakanlah 200.000 orang, atau berapalah, itu bagaimana caranya mindah orang? Tidak semudah itu. Paling kantor-kantor baru bergeser, itu bisa saja. Tapi pindahkan ibu kota ke kota lain bukan pekerjaan mudah," kata JK.
Menurut JK, sebaiknya perbaiki semua infrastruktur yang dapat mencegah banjir, seperti melebarkan aliran Sungai Ciliwung. Menurut dia, tidak akan berguna jika ibu kota dipindah tetapi masalah Jakarta tak terselesaikan.
"Yang kita hindari kekumuhannya, kemacetannya, banjirnya diselesaikan. Bukan ibu kotanya diselesaikan. Jangan balik pikiran," kata politisi senior Partai Golkar itu.

Senin, 21 Januari 2013

Apa Itu WPAP ???

Buat kamu yang pernah muda di era tahun 1980 dan 1990-an pasti kenal dengan yang namanya Lupus, tokoh fiksi karangan Hilman Hariwijaya, salah seorang penulis ternama pada masa itu. Pada awal kemunculannya, lupus adalah sebuah cerpen yang ditulis Hilman untuk majalah Hai di tahun 1986.
Cerpen Lupus ternyata mendapat respons yang sangat bagus di kalangan remaja karena ceritanya yang lucu dengan karakter-karakter yang unik. Lupus kemudian dijadikan novel yang membuatnya terkenal hingga ke seantero Indonesia bahkan sampai dengan saat ini.
Membahas tentang Lupus, rasanya tidak afdhol kalau tidak memperkenalkan sang illustrator yang telah menghadirkan Lupus secara visual ke pembaca. Beliau adalah Wedha Abdul Rasyid, seorang illustrator di majalah remaja  Hai yang juga sering disebut-sebut sebagai Bapak Illustrator Indonesia karena kontribusi dan karya-karyanya di bidang illustrasi dan seni rupa

Profesi sebagai illustrator sudah dikerjakan Wedha yang malang melintang di media cetak sejak tahun 1970-an. Mulai 1977, ketika bergabung dengan majalah Hai, ia banyak membuat ilustrasi terutama karya-karya fiksi Arswendo Atmowiloto dan Hilman dengan Lupus-nya yang fenomenal. Di majalah itulah Wedha mengerjakan potret para tokoh dunia dari segala latar belakang: tokoh politik, musisi, seniman, sampai tokoh-tokoh fiktif.Pada tahun 1990, Wedha kemudian memulai style baru untuk illustrasi gambar wajah. Hal ini menurutnya dikarenakan penurunan daya penglihatan karena usia yang telah mencapai 40 tahun sehingga ia sulit menggambar wajah dalam bentuk yang realistis dan detail. Wedha kemudian mencoba illustrasi bergaya kubisme untuk gambarnya. Gaya ini kemudian tumbuh dan semakin populer sebagai bagian dari gaya popart bahkan hingga dengan saat ini. Gaya illustrasi ini disebut Wedha’s Pop Art Potrait (WPAP), bahkan ada yang menyebutnya sebagai aliran Wedhaism

Lihat karya-karya Wedha. Bentuk dan tekniknya khas, ia gambarkan wajah para tokoh itu disusun dalam mosaik warna yang dipecah menurut faset-fasetnya. Bukan dalam pengertian kubisme, tapi lebih menggabungkan ragam warna yang harmonis sehingga membentuk tokoh yang digambarkan. Meski karyanya tidak detail, namun mampu mewakili karakter wajah dengan sangat baik.
Anda akan dapat mengenali wajah-wajah mendunia, seperti Mick Jagger, Jimmy Hendrix, Jim Morrison, The Beatles, Elvis Presley, Sting, Bono, Queen, sampai tokoh politikus sebut saja JFK, Bung Karno, Indira Gandhi, Benazir Buttho, Fidel Castro, Ahmadinejad. Juga potret Rendra, Slank, Jakob Oetama, John Lennon sampai Andy Warhol. Setelah 30 tahun berkiprah dalam dunia ilustrasi Wedha mengakhiri masa kerjanya di Kompas Gramedia.]